Tuesday 27 January 2015

DOSA JARIYAH


                     


Disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.

Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.

Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin,

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.

Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan.
Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. wal’iyadzu billah.. , itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini.

Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini

APA YANG KAMU TINGGALKAN UNTUK ANAK-ANAKMU ?





Pada saat hari pembaiatan khalifah Al Mansur Rahimahullāh, masuklah Muqatil bin Sulaiman rahimahullāh...

Kemudian sang khalifah pun berkata kepadanya: “Berilah saya nasehat wahai Muqatil...
Beliaupun menjawab: ”Saya beri nasehat dengan yang pernah saya lihat ataukah yang saya dengar?".
Khalifah : “Dengan yang engkau lihat..”
Muqatil : “Wahai amirul mukminin, Umar bin Abdil aziz (khalifah yg terdahulu) memiliki 11 orang anak...

Beliau meninggalkan warisan hanya 18 dinar, 5 dinar untuk membeli kafan dan 4 dinar utk membeli pekuburan beliau, sisanya 9 dinar dibagikan kepada 11 anaknya..

Dan Hisyam bin Abdul Malik (khalifah setelahnya) punya 11 orang anak juga, dan jatah warisan tiap anaknya 1 juta dinar...

Demi Allah wahai amirul mukminin...sungguh saya telah menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri di suatu hari salah seorang anak 'Umar bin 'Abdul Azis bersedekah 100 kuda perang untuk jihad fii sabilillah...

Dan salah seorang anak Hisyam bin Abdul Malik sedang mengemis di dalam pasar...

Beliau melanjutkan nasehatnya, “Orang-orang pernah bertanya kepada 'Umar bin 'Abdul Azis (sebelum wafatnya): “Apa yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu?!” (Karena umar terkenal dengan sedekahnya yg luarbiasa)

Maka beliau (Umar bin 'Abdul Azis) pun menjawab: ”Saya meninggalkan untuk mereka ketakwaan kepada Allah...

Jika mereka adalah orang-orang yang sholeh, maka sesungguhnya Allah adalah wali (pelindung) bagi orang-orang yang sholeh...

Jika mereka bukan orang yang sholeh, maka tidak akan saya tinggalkan sedikitpun yang membantu mereka bermaksiat kepada Allah..”

Renungkanlah..!!

Berapa banyak orang yang sibuk, bekerja keras, bersusah payah didunia ini hanya demi menjamin kehidupan anaknya dimasa depan...

Mereka mengira, dengan uang atau harta yang ada setelah kematiannya adalah jaminan kehidupan bagi anak keturunannya...


Namun mereka lupa akan jaminan yang agung dan hakiki yg telah dijanjikan sang pencipta dalam kitabNya...

( وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ) …”

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan keturunan yang lemah sepeninggal mereka, maka bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar...”

✒ Ustadz Abu Shalih Fauzan, MA

Artikel diambil dari:
http://www.madinatulquran.or.id/

__________________________________