Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Ta’ala, salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya
yang teguh menjalankan sunah-sunahnya. Islam merupakan agama yang sempurna dan sangat menghormati hak dalam bersaudara
antara sesama manusia. Karena itu, Islam sangat menjamin hak-hak setiap
individu maupun masyarakat dan melarang perbuatan yang menyerempet kepada hak-hak pribadi maupun aib dari setiap manusia. Salah satu perbuatan atau sikap
yang buruk adalah Tajassus.
Pengertian Tajassus
Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan memata-matai (spionase) atau
mengorek-orek berita. Namun Tajassus yang dimaksud dalam hal ini adalah
mencari-cari kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Sikap tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.
Larangan Bersikap Tajassus larangan dari Alquran. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)
Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala melarang kita untuk mencari-cari
kesalahan orang lain. Entah itu dengan kita menyelidikinya secara langsung atau
dengan bertanya kepada temannya.
Tajassus biasanya merupakan kelanjutan dari prasangka buruk sebagaimana
yang Allah Ta’ala larang dalam beberapa kalimat sebelum pelarangan sikap
tajassus.
Larangan dari hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا
وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا
وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka
buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita
kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara.”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadis no. 6064 dan Muslim hadis no.
2563]
Perkataan Ulama Salaf tentang Tajassus Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,
(( ولا تظنَّنَّ بكلمة خرجت من أخيك المؤمن إلاَّ خيراً، وأنت تجد لها في الخير
مَحملاً ))
“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu
yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu
membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik."
Syekh Abu Bakar bin Jabir al-Jazairi rahimahullah berkata ketika
menafsirkan ayat ke 12 dari surat Al-Hujurat, “Haram mencari kesalahan dan
menyelidiki aib-aib kaum muslimin dan menyebarkannya serta menelitinya”.
Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Janganlah kalian meneliti
aurat (aib) kaum muslimin dan janganlah kalian menyelidikinya.”
Murid dari Syaikh as-Sa’di yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
rahimahullah juga berkata, “Tajassus yaitu mencari aib-aib orang lain
atau menyelidiki kejelekan saudaranya”.
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh juga menuturkan
ketika menafsirkan ayat di atas sebagai berikut, “Maksudnya adalah atas
sebagian kalian. Kata ‘tajassus’ lebih sering digunakan untuk suatu kejahatan.
Sedangkan kata ‘tahassus’ seringkali digunakan untuk hal yang baik. Sebagaimana
yang difirmankan Allah Ta’ala, yang menceritakan tentang nabi Ya’qub ‘alaihi
ssalam, di mana Dia berfirman dalam surat Yusuf ayat 87.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
(Ya’qub berkata) “Wahai anak-anakku, pergilah kalian, carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya…” (QS. Yusuf: 87)
Namun terkadang kedua kata tersebut digunakan untuk menunjukkan hal yang buruk,
sebagaimana ditegaskan dalam hadis sahih di atas.”
Imam Abu Hatim al-Busti rahimahullah berkata, “tajassus adalah
cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan
cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang
bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan
berbuat jahat dan membuatnya menderita.”
Nasihat Bagi Yang Suka Mencari Kesalahan Orang Lain
Cukuplah buat kita sebuah untaian perkataan seorang imam yaitu Imam Abu Hatim
bin Hibban Al-Busthi berkata dalam sebuah kitabnya yang dikutip oleh Syekh
Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr dalam tulisannya sebagai berikut,
”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan
perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri.
Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan
melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan
merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia
akan merasa hina takkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya.
Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan
melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa
letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”
Semoga kita senantiasa dimudahkan
oleh Allah dalam berakhlak karimah dan menjauhi sifat-sifat buruk dan sikap
yang merugikan diri kita sendiri. Amiin.
Artikel Muslim.Or.Id
Silahkan disebar kiriman ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal
jariyyah. Jazakumulloh khair